Pada suatu waktu Umar r.a. duduk dengan sahabat-sahabatnya. Ia berkata, ‘ bercita-citalah.” Salah seorang dintara mereka berkata,” saya bercita-cita, seandainya rumah ini penuh dengan emas, niscaya saya akan infakkan dijalan Allah. “ lalu umar berkata lagi,” bercita-citalah.” Sahabat yang lain berkta, “ saya bercita-cita seandainya rumah ini penuh dengan mutiara, zamrud dan permata niscaya saya kan menginfakkan di jalan Allah dan menyedekahkannya. “ lebih lanjut Umar berkata, bercita-citalah.” Para sahabt verkata serentak, “kami tidak tahu apa yang harus kami katakan, wahai amirul mukminin. “lalu umar berkata, “ saya bercita-cita tampilnya orangorang seperti Abi ubaidillah ibnu al-jarrah, Muadz bin jabal, dan salim budak abi Hudzaifah. Niscaya saya akan meminta bantuan mereka guna menegakkan kalimatullah.”
Sebuah jawaban seorang Umar yang mempunyai cita-cita yang lahir dari sebuah pemahaman apa yang sesungguhnya di butuhkan dalam pembangunan peradaban, sebuah cita-cita dan visi untuk menghidupkan risalah yang agung dan membangkitkan umat yang mati terlelap.
Pembangunan peradaban memang membutuhkan tambang-tambang dan harta kekayaan untuk membiayai proyek-proyek peradaban. Namun sebelum itu, umat membutuhkan pemimpin-pemimpin yang menggunakan hati yang besar dan lapang yang melestarikan dan semangat kuat yang melaksanakannya, yaitu kaum laki-laki.
Jawaban Umar RA dalam dialog diatas seorang laki-laki lebih mulia daripada tambang yang berharga dan lebih mahal daripada permata yang harganya tinggi. Ini sesuai dengan apa yang di sabdakan Raasulullah saw;
“ ia adalah manusia laksana seratus ekor unta, hingga hampir saja engkau tidak mendapatkan tunggangan yang layak,”(Muttafaq-alaih, dari hadits Ibnu Umar)
Seorang laki-laki yang cukup dewasa mental, dan sosial (sholeh) adalah jiwa kehidupan, semangat kebangkitan, sendi pembangunan dan poros perbaikan.
Persiapkanlah senjata-senjata yang tajam sesukamu, tetapi senjata tidak dapat membunuh kecuali dengan orang yg berperang, buatlah UU, hukum-hukum, peraturan-peraturan sesukamu, niscaya akan menjadi tinta dikertas, kecuali dengan orang yg melaksankannya, buatlah sistem, metode, model pendidikan sebagus mungkin, niscaya tidaka akan bermanfaat kecuali dengan orang yang berdiri melaksanakan dan mengajarkannya, bentuklah kepanitiaan, kepengurusan niscaya tidak akan dapat menyusun program, kecuali dengan orang yang peduli dan cemburu terhadap islam.
Kekuatan bukan terletak pada ketajaman pedang, keadilan bukan hanya tercatat dalam hukum, melainkan dengan yang bersemayam di hati nurani seorang hakim, pendidikan tidak hanya terdapat dilembaran-lembaran buku melainkan dengan jiwa dan ilmu, dan pelaksanaan program-program tidak hanya berada dalam pembentukan kepanitiaan-kepanitian , melainkan juga dengan semangat para pelaksananya.
Satu oarang laki-laki sama dengan seratus, atau sama dengan seribu orang, bahkan sebanding dengan seluruh masayarakat, hingga dikatakan, : “seorang lakilaki yang memiliki kemauan keras akan menghidupkan suatu umat.”
Ketika Khalid mengepung al-hirah, ia meminta bala bantuan kepada abu bakar. Namun ia tidak memberikan bantuan, kecuali mengirimkan al-Qa’qa’ bin umar at-Tamimi sambil berkata, “ sebuah pasukan tidak akan terkalahkan selama di dalamnya terdapat laki-laki seperti dia. Suar al-Qa’qa dalam pasukan lebih baik daripada seribu prajurit.”
Namun yang menjadi pertanyaan, seperti apakah yang kita inginkan? Apakah orang yang memelihara kumis dan menumbuhkan jenggotnya? jika memang benar, banyak kita temui orang yang semacam itu.
Apakah Laki-laki yang dibutuhkan umat ditentukan dari usia atau bentuk fisik ?, ternya tidak tapi yang dibutuhkan adalah orang yang dewasa, dan kedewasaan tidaklah ditentukan oleh usia, karena banyak yang berusia 60 tahun, 50 tahun, tetapi mental dan pemikirannya seperti anak yang berusia 7 tahun, 10 tahun tetapi banyak anak muda yang kedewasaanya mendahului usianya,
Pada massa khalifah Bani Umayyah, ada seorang anak mengahdap khalifah, lalu khalifah mengatakan kepadanya, “hendaklah orang yang tua darimu yang datang menghadap.” Anak itu menjawab, “wahai amirul mukminin, jika kedewasaan diukur dari usia, maka dalam umat ini terdapat orang yang lebih utama darimu untuk menjadi khalifah.”, dia adalah anak kecil yang dewasa.
Karena sesungguhnya kedewasaan tidak diukur dengan keperkasaan dan kekeran tubuh, serta tinggi badan. Sebagaimana firman Allah SWT;
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar[1477]. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; (Al Munaafiquun: 4)
Atau hadits Rasulullah, ketika Abdullah Bin Mas’ud betisnya tersingkap sehingga tampaklah kedua betisnya kurus kering dan mengundang tawa para sahabat,
“apakah kalian menertawakan betis yang kurus kering? Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, kedua betis itu timbangannya lebih berat dari gunung Uhud.
Saat ini umat dan bangsa ini mengeluh karena kurangnya kaum laki-laki. Padahal jumlah kaum muslimin 1,7 M (setiap 5 orang penduduk bumi 1 orangnya adalah muslim. Namun kita kaum muslimin seperti yang dikatakan seorang orientalis, “ alangkah hebatnya agama islam kalau saja memiliki kaum laki-laki,”. Karena kita kaum muslin” mereka adalah buih, seperti buih air banjir (al-hadits).begitu juga dengan bangsa ini yang 230 juta jiwa
Atau seperti yang dilantunkan seorang penyair,
Mereka memberati bumi dengan jumlahnya yang banyak kemudian mereka tidak bermanfaat dalam urusan-urusan besar.
Umat dan bangsa ini mengharapkan laki-laki yang tidak mementingkan dirinya sendiri, yang bisa mengendalikan dirinya dan yang tidak hanya berpikir dan berusaha untuk kebaikan untuk mereka sendiri!. Yang optimis dan tidak menyerah terhadap kondisi bangsanya yang tidak puas akan umat dan bangsanya yang hanya menjadi pengikut dan pengekor, laki-laki yang teguh, percaya pada diri sendiri dan bersandar kepada Rabb mereka. Mereka bukan disatukan oleh ketamakan, dan diceraiberaikan oleh ketakutan. Mereka tidak seperti kaca yang tidak menutupi dirinya dan tidak tahan dengan lemparan kerikil.
Mengajak kaum muda untuk belajar menjadi satu orang yang dewasa diantara seribu orang laki-laki biasa dinegara ini. Karena satu orang lebih baik dan lebih bermanfaat daripada kumpulan rakyat yang loyo. (Di sadur dari buku: membangun masyarakat baru, Dr Yusuf Qardawi)